Being “Aussie” is about more than where-or who-you came from, oleh Sunil Badami

Kolom the Drum di laman http://www.abc.net edisi tanggal 18 Mei 2016 memuat tulisan Sunil Badami, seorang penulis dan penyiar Australia, yang menulis tentang sebuah isu yang cukup hangat yaitu isu mengenai “seberapa Australia seorang Australia?”

Tulisan yang menarik tersebut mengungkap fakta bahwa Walikota London sebelum Sadiq Khan (walikota London pertama yang beragama Islam) yaitu Boris Johnson ternyata juga memiliki darah Turki dengan nama keluarga (family name) Kemal.

Tulisan ini mengingatkan banyak orang Australia bahwa yang disebut dengan “Australian”, tidak dapat diklaim oleh satu kelompok atau golongan saja. Melainkan bahwa Australia adalah milik semua. Kemudian, ke-Australia-an seorang Australia tidak dapat ditentukan hanya dengan salah satu aspek dari identitas ( dalam hal ini misalnya tempat kelahiran atau negara asal seseorang). Saya kutip pernyataan menarik dari Sunil:

“Our Australianness isn’t and shouldn’t be determined by any one aspect of our identity”

Fakta lain yang tidak terbantahkan adalah bahwa sekitar separuh dari warga negara Australia dilahirkan di luar Australia dan/atau dilahirkan dari orang tua yang “pendatang”/imigran.

Artikel ini sangat menarik dan juga cukup relevan dengan kondisi di tanah air di mana terkadang kita temui sekelompok orang mengklaim kelompoknya sebagai orang “asli” Indonesia dan merasa memiliki hak yang lebih daripada kelompok lainnya.

Pesan moral lain yang dapat kita ambil, janganlah kita merasa lebih baik dari orang yang berbeda dengan kita (terutama dari sisi suku, ras, agama), boleh jadi ternyata kita sendiri memiliki garis keturunan yang sama dengan orang yang kita pandang rendah.

Berikut adalah tautan ke tulisan dimaksud:

http://www.abc.net.au/news/2016-05-18/badami-aussie-is-about-more-than-where-you-came-from/7420818