Annual General Meeting dan Pemilihan Presiden IISB Periode 2014

Hari Sabtu tanggal 23 November 2013 saya memenuhi undangan Panitia Annual General Meeting dan Pemilihan Presiden IISB (Indonesian Islamic Society of Brisbane) untuk periode tahun 2014. Acara diselenggarakan di Sir Samuel Griffith Building yang terletak di kompleks Griffith University di Nathan, Brisbane. Acara dimulai dengan makan siang bersama yang diisi dengan menu nasi rawon. Dalam acara tahunan ini panitia juga bekerjasama dengan kelompok musik Buaya Keroncong Brisbane yaitu kelompok music keroncong yang terdiri dari warga Indonesia di Brisbane yang memiliki minat dan bakat dalam memainkan lagu-lagu keroncong.

Setelah selesai makan siang, acara dimulai sekitar pukul 13 diawali dengan pembacaan ayat suci Al Qur’an dan dilanjutkan dengan sambutan dari Ketua Panitia IISB, pak Adi Darmawan. Setelah sambutan tersebut, Presiden IISB periode 2013, pak Febi Dwirahmadi memberikan laporan pertanggungjawaban pengurus IISB selama periode tahun 2013. Dalam laporannya, pak Febi memaparkan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan oleh IISB. Kegiatan IISB ternyata tidak terbatas di wilayah kota Brisbane saja, tetapi juga di Indonesia, salah satunya dalam bentuk pemberian beasiswa kepada Sembilan orang mahasiswa tingkat S1 di beberapa perguruan tinggi di Indonesia.

Setelah sambutan dari pak Febi, acara dilanjutkan dengan pemungutan suara. Setiap peserta yang hadir dipersilakan untuk memilih satu dari 6 orang kandidat calon presiden. Enam orang tersebut merupakan hasil dari “pemilihan pendahuluan” melalui media internet, sms, dan surat yang sudah dimulai sejak sekitar 2 minggu sebelumnya. Pada saat penghitungan suara yang dilakukan oleh panitia, kelompok music Buaya Keroncong Brisbane membawakan beberapa lagu keroncong untuk menghibur peserta.

Ke enam orang calon presiden tersebut adalah:
1. Ahmad Khairul Umam
2. Ewa Febriant Rappe
3. Febi Dwirahmadi
4. Indrawan Maryono
5. Khrisnamurti Suparka
6. Purwono Budi Santoso

Setelah dilakukan penghitungan suara, hasil tertinggi diperoleh oleh Khrisnamurti Suparka yang pada periode 2013 menjabat sebagai Sekretaris Jenderal. Acara kemudian dilanjutkan dengan serah terima jabatan dari Presiden lama ke Presiden baru yang dilanjutkan dengan sambutan dari sesepuh warga Indonesia di Brisbane yaitu bapak Iman Partoredjo. Acara yang selesai pada sekitar pukul 16.15 ini ditutup dengan doa dan berfoto bersama.

Terima kasih kepada pak Febi dan pengurus IISB periode 2013 dan selamat bertugas kepada mas Khrisna beserta jajaran pengurus periode tahun 2014!

Berikut beberapa foto yang saya ambil selama acara Annual General Meeting dan Pemilihan Presiden IISB periode 2014.

IMG_00000336

IMG_00000329

IMG_00000341

IMG_00000342

Berikut pada saat Presiden IISB periode 2013 memberikan laporan pertanggungjawaban:

IMG_00000340

IMG_00000339

Pak Iman memberikan sambutan dan pesan-pesan:

IMG_00000344

Saya sempat berfoto bersama pak Iman pada saat sesi makan siang bersama:

IMG_00000328

Menghangatnya hubungan diplomatik Indonesia dan Australia; tulisan menarik dari Catherine McGrath (editor ABC)

Satu minggu belakangan ini media massa di Australia maupun di Indonesia menempatkan isu “menghangat”nya hubungan diplomatik antara Indonesia dan Australia sebagai akibat ter”ekspose”nya kegiatan penyadapan intelijen Australia pada tahun 2009 terhadap Presiden, Ibu Negara, dan beberapa menteri/pejabat negara.

Saya sangat tidak berkompeten untuk memberikan pendapat terhadap masalah tersebut. Saya juga tidak ingin menambah keruh suasana dengan memberikan komentar macam-macam. Namun sebagai warga negara Indonesia yang masih memiliki warna merah putih di dalam dada dan pada saat yang bersamaan saat ini mendapat kesempatan berada di tengah-tengah masyarakat Australia, saya sangat tertarik untuk mengetahui pandangan dari orang Australia sendiri mengenai isu tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari, sejauh ini saya belum (dan mudah-mudahan tidak) merasakan akibat langsung (khususnya akibat negatif) dari “menghangat”nya hubungan diplomatik tersebut. Setidaknya yang saya rasakan di Brisbane. Agak berbeda dengan kondisi di tanah air yang saya amati melalui pemberitaan internet bahwa sebagian masyarakat Indonesia sangat ter”sentuh” dengan isu ini dan kemudian melakukan aksi-aksi yang relatif reaksioner.

Saya tidak ingin berkomentar lebih jauh mengenai hal tersebut. Di forum ini saya hanya ingin berbagi mengenai pendapat dari seorang warga negara Australia sendiri yang merupakan seorang Editor ABC dan memang sudah cukup lama bergelut dengan politik di Asia (termasuk Indonesia). Kebetulan saya sempat menyaksikan penampilannya di TV ABC dan juga membaca tulisannya di website ABC (berikut link-nya: http://www.abc.net.au/news/2013-11-20/mcgrath-indonesia-spy-scandal/5105728). Dia adalah Catherine McGrath. Ini link ke profile ybs: http://www.abc.net.au/news/thedrum/catherine-mcgrath/166946.

Pendapat pribadi saya, sebagai seorang yang cukup mengetahui kondisi hubungan Indonesia dan Australia, Catherine memberikan pandangan yang sangat obyektif dan mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Bahkan tidak berlebihan jika saya berpendapat, boleh jadi pendapat dia sebetulnya adalah pendapat dari sebagian besar masyarakat Australia sendiri (agak lebay kali ya…statistiknya dari mana, bro…)

Faktanya adalah, dalam kehidupan sehari-hari yang saya rasakan di sini (kembali lagi, setidaknya di kota Brisbane), masyarakat Australia secara umum sudah sangat menyadari dan menerima kenyataan bahwa kehadiran para “pendatang” (termasuk dari Indonesia), adalah bagian dari  hidup mereka. Ini yang mungkin perlu diketahui juga oleh saudara-saudara kita dari tanah air. Jadi, jangan terlalu terprovokasi oleh media atau celotehan para politisi (baik dari Australia maupun dari Indonesia), yang tidak paham dengan keadaan yang sebenarnya. Apalagi jika para politisi tersebut memiliki agenda pribadi dan/atau untuk kepentingan jangka pendek.

Untuk jelasnya, silakan dibaca tulisan dari Catherine McGrath melalui link sebagai berikut:  http://www.abc.net.au/news/2013-11-20/mcgrath-indonesia-spy-scandal/5105728

PS: Jika anda membuka link website ke tulisan dimaksud, menarik juga untuk disimak komentar-komentar pembaca terhadap tulisan dari Catherine. Terjadi pro dan kontra dan juga perdebatan. Menarik!

Eat Street Markets, Brisbane

Malam itu kami sekeluarga “wisata kuliner” malam di utara kota Brisbane, arah menuju airport, tepatnya di kawasan Hamilton Wharf, Northshore. Di kawasan tersebut ada satu lokasi wisata kuliner baru yaitu Eat Street Markets. Di tempat yang berdekatan dengan dermaga ini tersedia kedai-kedai jajanan kuliner (makanan dan minuman) dan juga beberapa kedai kerajinan yang sepertinya masuk kategori “home industry”. Di Indonesia, tempat seperti ini mungkin semacam “taman jajan” atau “taman wisata kuliner”. Sepertinya, tempat ini disediakan bagi para pedagang UKM. Sebagian besar kedai menjual makanan dan minuman, sehingga tempat ini memang cukup enak untuk “hang-out”, tidak hanya bagi kaum muda-mudi tapi juga untuk keluarga. Tempat ini hanya buka pada hari Jum’at dan Sabtu sejak pukul 4 – 10pm.

Eat Street Market terletak di atas lahan terbuka yang luas luas dan dipayungi beberapa tenda besar. Sepertinya tempat ini adalah eks tempat pemimbunan barang dan/atau container. Hal ini dapat dilihat antara lain dari keberadaan container-container yang sebagian dijadikan sebagai “kios” bagi para pedagang untuk menjajakan jualannya. Juga dari keberadaan sisa-sisa rel kereta api di sebagai lahan terutama di kawasan tempat parkirnya. Lahan ini juga terletak di dermaga pinggiran sungai Brisbane yang mengarah menuju ke Port of Brisbane yang muaranya adalah Moreton Bay. Tidak jauh dari Eat Street Market, terdapat terminal Nortshore Ferry (CityCat) terminal yang merupakan titik terjauh untuk sisi hilir/ downstream (titik terjauh di hulu/upstream adalah University of Queensland/ UQ Ferry terminal). Jarak dari terminal ferry di UQ menyusuri sungai Brisbane hingga mencapai terminal terakhir di Nortshore (menurut mbah Google) adalah sekitar 15,7km.

Hari itu adalah hari jumat malam dan suasana ramai sekali. Kami bahkan harus berputar-putar beberapa kali untuk mencari tempat parkir yang kosong. Hampir setiap kedai makanan dipenuhi oleh pengunjung, termasuk kedai yang menjadi tempat tujuan kami, yaitu kedai Indonesian Food milik tante Dini yang orang Indonesia asli. Tante Dini adalah teman dari Om Ery, om saya yang juga tinggal di Brisbane. Menu yang disediakan di kedai ini antara lain sate ayam dan kambing, daging kambing kari, mie goreng, nasi goreng, aneka sayuran khas Indonesia, juga aneka minuman khas Indonesia. Makanan yang disajikan di kedai ini dijamin halal. Harganya pun tidak terlalu mahal, untuk menu paket berkisar antara AUD 8-12. Saya perhatikan, sebagian besar pengunjung kedai ini adalah orang-orang “bule”. Rupanya makanan Indonesia tidak asing buat mereka, apalagi rasa masakan yang disajikan di sini juga nikmat….(sebagai informasi, seperti halnya Om Ery, tante Dini adalah lulusan dari NHI Bandung).

Alhamdulillah malam itu kami sekeluarga bersantap malam di tengah-tengah keramaian suasana “pasar malam” dan juga diiringi dengan live music. Di sisi tepi sungai, disediakan sebuah area untuk “nonton bareng”. Yang ditonton adalah film (yang saya kurang tahu judulnya…) dan merupakan bagian dari Brisbane International Film Festival. Para pengunjung yang “nobar” sebagian besar “lesehan” atau menggunakan kursi santai masing-masing.

Berikut adalah link  ke website resmi Eat Street Markets: http://www.eatstreetmarkets.com/

Berikut uraian yang saya kutip dari website resmi di atas mengenai Eat Street Market:

“An exciting new dining destination, ‘Eat Street’ is set to ignite Hamilton Wharf on the North shore of Brisbane on Friday and Saturday nights from the 8th November 2013. The concept inspired by Asian markets, will be brought to life by creative Brisbane identities, food and market doyen Peter Hackworth, producer John Stainton and TV celebrity Jacki MacDonald. It will see the wharf sparkle with designer lights, industrial styling and 60 shipping containers reconfigured as mini restaurants offering a selection of delicious international dishes created by the ‘best of the best’ local chefs”.

I have always wanted to recreate the hustle and bustle of the fabulous food markets of Asia, where you can experience the most fantastic regional dishes for next to nothing; with the fun, energy exotic flavours, wafts of wonderful aromas and noise in Brisbane,” says Peter Hackworth.

 “We are bringing EAT STREET to the Hamilton Wharf with our own style! Young musicians; warehouse pallets for seating, damn good food at a great price; ‘Eat Street’ will become the hot destination in Brisbane – there’s just nothing else like it.”

 The talented trio have also tracked down some of the most highly prized Queensland artists, artisans and designers to offer their work in a gallery of containers and tents that will run alongside the food containers. For those who enjoy a craft beer, cocktail or fine wine there will also be containers set up as small cool bars.

Cuisine offered on the night will include freshly baked pies, local sea food – Samies Girl oysters, prawns, fish and chips, Mexican tacos, New York Hot Dogs, Singaporean Bahn Mei Noodle Dumplings and Rice Paper Rolls and  healthy choices such as crisp salads and Wholesomeness foods. 

 EAT STREET Markets – Open on Friday and Saturdays from 4.00 till 10.00 on the river right next door to Portside.

Beberapa foto kami:

IMG_00000297

IMG_00000298

IMG_00000303

IMG_00000302

IMG_00000305

 

Supanova Pop Culture Expo, Brisbane

Untuk menyenangkan anak perempuan saya yang hobi berat dengan manga dan sejenisnya, hari minggu siang (menjelang sore) saya ajak dia menyaksikan even Supanova Pop Culture Expo. Even ini diadakan di Brisbane sejak hari Jumat tanggal 8 November hingga Minggu, 10 November 2013. Lokasi acara adalah di RNA Showgrounds di kawasan Bowen Hills. Even ini merupakan even rutin yang digelar secara marathon berkeliling ke beberapa kota di Australia seperti Sydney, Melbourne, Brisbane, Perth, Adelaide, dan Gold Coast.

Ini link ke situs resmi supanova: http://www.supanova.com.au/

Kami berangkat dari stasiun Taringa menuju lokasi dengan menggunakan kereta dengan tujuan stasiun Fortitude Valley (ditempuh selama kurang dari 15 menit) dan dilanjutkan dengan naik bis (cukup dekat, hanya sekitar 3 menit) menuju Gregory Terace, dan ditambah dengan sedikit berjalan kaki untuk mencapai lokasi acara. Pengunjung adalah para penggemar pop culture yang sebagian besar kaum muda. Banyak dari pengunjung yang datang ke lokasi dengan menggunakan kostum-kostum yang unik, aneh, dan merepresentasikan karakter-karakter dari dunia pop-culture. Sejak tiba di stasiun Fortitude Valley saja, atmosfer pop-culture sudah terasa dengan maraknya para pengunjung yang menggunakan kostum-kostum unik. Terlebih pada saat kami tiba di lokasi, semakin sering kami menemukan para pengunjung yang berpenampilan unik.

Untuk masuk ke gedung pameran, pengunjung harus membayar AUD 30/orang dewasa, dan untuk anak-anak dengan usia maksimal 12 tahun gratis asal didampingi oleh orang dewasa. Jadi, saya hanya cukup membayar AUD30 saja karena untuk anak saya gratis…lumayan.

Di dalam gedung yang cukup penuh dengan pengunjung, tersedia stan-stan/counter-counter untuk menjajakan produk-produk pop-culture seperti komik, kaos, kostum, dan sebagainya. Penyelenggara juga memberikan kesempatan kepada para pengunjung untuk bertemu dengan para illustrator, penulis buku, dan orang-orang dari industry tersebut. Salah satu stan yang dipadati pengunjung adalah stan penulis buku The Hunger Games, George RR Martin, yang memberikan kesempatan kepada para pengunjung untuk mendapatkan tanda tangan dan/atau berfoto bersama.

Berikut adalah beberapa foto dari even Supanova Pop Culture Expo di RNA Showgrounds, Bowen Hills, Brisbane:

IMG_00000273

IMG_6580-001

IMG_6561-001

IMG_6579-001

IMG_6589-001

IMG_6562-001

IMG_6559-001

IMG_6561

IMG_6590-001

Berikut stan khusus untuk para penggemar berat Star Wars:

IMG_6571-001

IMG_6567

IMG_6592-001

IMG_6593-001

IMG_6596-001

Ini stan yang menjual foto-foto para bintang (film) lengkap dengan tanda tangan artis ybs. Harganya lumayan mahal, sebagian besar dihargai hingga ratusan dollar….

IMG_6577-001

IMG_6574-001

Saya bersama “Iron Man”:

IMG_6586-001