Rilis data dari otoritas pajak Australia (ATO): empat dari 10 perusahaan besar di Australia tidak membayar pajak

Beberapa media besar di Australia pada minggu ketiga bulan Desember ini menurunkan berita mengenai rilis data dari otoritas pajak Australia ATO (Australian Taxation Office) yang antara lain menyajikan fakta bahwa sekitar 4 dari 10 perusahaan besar di Australia tidak membayar pajak. Perusahaan-perusahaan ini tidak membayar pajak antara lain karena laba neto mereka menunjukkan angka negatif alias rugi. Beberapa dari perusahaan ini merupakan perusahaan yang sangat dikenal oleh publik seperti Qantas, Exxon Mobil Australia, Virgin Australia, dan Ten Network (perusahaan media jaringan televisi).

Selain itu, beberapa perusahaan raksasa juga menunjukkan angka pembayaran pajak yang relatif kecil. Sebagai contoh, Apple yang memiliki pendapatan sekitar $1,6 milyar “hanya” membayar pajak sebesar $ 247 juta atau sekitar 4 persen dari pendapatan kena pajaknya.

Tentu saja hal ini bukan berarti perusahaan-perusahaan tersebut melakukan penghindaran pajak apalagi penggelapan pajak. Tetapi beberapa pihak, seperti Commissioner ATO (Dirjen Pajaknya ATO) Chris Jordan, menilai bahwa fakta ini tidak dapat dipandang sepele.

Berikut adalah tautan ke beberapa laman yang menurunkan berita dimaksud:

http://www.abc.net.au/triplej/programs/hack/a-third-of-top-australian-companies-pay-no-tax-ato-figures-show/7038232

http://www.smh.com.au/business/the-economy/top-ten-australian-companies-paying-no-tax-20151217-glpr80.html

http://www.skynews.com.au/news/top-stories/2015/12/17/almost-four-in-10-large-companies-pay-no-tax.html

Update:

Di bawah ini adalah tautan ke tulisan yang menarik dari Ian Verrender terkait berita di atas. Tulisan tersebut dimuat di laman http://www.abc.com.au hari Senin tanggal 21 Desember 2015.

http://www.abc.net.au/news/2015-12-21/verrender-how-our-tax-take-has-been-royally-scrooged/7044470

 

Bank Sentral Amerika, the Fed, menaikkan tingkat suku bunga

Sebagian besar media berpengaruh di seluruh dunia kemarin (Rabu, 16 Desember 2015) memberitakan mengenai Bank Sentral Amerika (The Fed) yang menaikkan tingkat suku bunga dengan rentang 0.25 – 0.5 persen. Sebelumnya, tingkat suku bunga yang berlaku nyaris menyentuh 0%. Sebagian besar ekonom sudah mulai menganalisis mengenai dampak dari kebijakan the Fed ini.

Sudah pasti Indonesiapun akan mengalami imbas dari kenaikan tingkat suku bunga ini. Bagaimana pengaruh kebijakan ini terhadap perekonomian dunia pada umumnya? Berikut tautan ke laman the Economist sebagai salah satu media berpengaruh di bidang ekonomi:

http://www.economist.com/news/21684225-economys-reaction-feds-rate-rise-hard-predict-federal

Sekitar 20 persen properti di Melbourne tidak dihuni (hasil riset di Australia)

Beberapa media cetak maupun online di Australia pada hari Rabu tanggal 9 Desember 2015 menurunkan berita tentang data terbaru mengenai okupansi property di Melbourne, negara bagian Victoria. Yang menarik, angka tersebut diketahui dari sebuah studi mengenai penggunaan air yang dilakukan oleh Prosper Australia. Studi tersebut menunjukkan fakta bahwa hampir 20 persen property di Melbourne tidak dihuni alias kosong. Fakta ini menempatkan negara bagian Victoria di posisi teratas negara bagian dengan angka property tak terhuni tertinggi di Australia.

Dari studi dimaksud diketahui bahwa konsumsi air dari total 82,724 unit property hanya sebesar kurang dari  50 liter per hari. Angka ini menunjukkan bahwa secara efektif property dimaksud tidak dihuni. Sebagai tambahan, sebanyak 24,872 property menunjukkan angka tidak ada konsumsi air sama sekali.

Cukup menarik untuk dipelajari bahwa sebuah riset/studi yang dilakukan dapat memberikan informasi dan manfaat kepada banyak pihak lain.

Berikut adalah tautan ke artikel dimaksud:

http://www.domain.com.au/news/nearly-20-per-cent-of-melbournes-investorowned-homes-empty-20151209-glixgs/

 

Mantan PM Australia berbelanja barang bekas melalui situs belanja Gumtree

Beberapa media di Australia kemarin menurunkan berita mengenai mantan PM Australia yang berbelanja barang second-hand melalui situs belanja online populer di Australia, Gumtree. Tony Abbott dan isterinya membeli sebuah lemari es seharga AUD 300 melalui situs Gumtree.com.au. Media ramai memberitakan hal tersebut setelah sang penjual memasang foto mereka bersama Tony Abbot yang disebut sangat “bersahaja”.

Situs Gumtree adalah situs jual-beli online yang sangat populer di Australia. Sebagai perbandingan, di Indonesia situs jual-beli seperti ini dilakukan oleh Kaskus dan tokobagus. (Saya pribadi juga sangat terbantu dengan keberadaan situs Gumtree ini, sudah belasan transaksi saya lakukan melalui situs ini dan belasan produk bermanfaat dapat saya peroleh dengan harga sangat miring, bahkan terkadang jauh lebih murah dibandingkan dengan harga barang yang sama di Indonesia)

Berita seorang pejabat atau mantan pejabat (apalagi mantan orang nomor satu di sebuah negara) yang membeli atau menjual barang bekas tentu saja tetap menjadi perhatian. Termasuk di Australia yang sebetulnya secara umum dikenal sebagai negara dengan masyarakat yang sangat egaliter. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Australia sangat egaliter dan tidak terkotak-kotak secara status sosial. Di sini secara umum setiap anggota masyarakat nampaknya tidak ingin pamer atau terlihat “lebih” dari anggota masyarakat lainnya. Hal lain adalah apresiasi/ penghargaan terhadap setiap jenis profesi apakah itu pekerjaan yang tergolong “kantoran” ataupun yang bersifat “fisik/lapangan”. Barangkali ini didasari oleh pemahaman bahwa setiap orang memiliki peran dan kontribusinya masing-masing dan bahwa setiap orang mempunyai nilai yang harus dihargai dan dihormati, terlepas dari latar belakang kelas ekonomi, pendidikan, dsb. Saya juga pernah membaca di suatu media (saya lupa apakah media online atau cetak) bahwa budaya masyarakat Australia yang egaliter ini kemungkinan besar terbentuk sejak awal berdirinya negara Australia.

Semangat egaliter ini tidak membuat Australia “miskin” prestasi, yang terjadi malah sebaliknya. Namun, berbeda dengan di AS misalnya, seseorang yang berprestasi (termasuk melakukan penemuan yang signifikan sekalipun) tidak kemudian menjadi terlihat “superior” dibandingkan anggota masyarakat lainnya.

Saya rasa hal ini merupakan salah satu hal positif yang bisa kita tiru (maksudnya di Indonesia). Menarik!

Berikut tautan ke salah satu media online yang memuat mengenai berita Tony Abbott berbelanja barang bekas.

http://www.smh.com.au/federal-politics/political-news/tony-abbott-buys-a-fridge-on-gumtree-20151207-glhpge.html

Tambahan:

PM Malcolm Turnbull yang juga merupakan seorang milioner nampak cukup “membumi” dalam foto dibawah ini. Foto ini diambil ketika sang PM hendak melakukan perjalanan dinas pertama ke luar negeri. Dalam foto nampak bahwa sang PM membawa sendiri barang-barangnya tanpa dibantu oleh stafnya. Padahal dia adalah orang nomor satu di Australia.

Australia PM Malcolm Turnbull and Lucy_1447306773344

sumber foto:

http://www.smh.com.au/federal-politics/political-news/malcolm-turnbull-lands-for-his-indonesian-rescue-20151112-gkx68f.html

 

IMF telah mengakui mata uang renminbi sebagai mata uang global

Laman al Jazeerta tanggal 2 Desember 2015 menurunkan tulisan Richard Javad Heydarian yang berjudul: “China has become a global financial giant”. Intisari dari tulisan tersebut adalah bahwa IMF telah memutuskan untuk mengakui mata uang Renminbi sebagai mata uang “elite” global dan sejajar dengan US dollar, Euro, British Poundsterling dan Japan Yen.

Berikut adalah tautan ke tulisan dimaksud:

http://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2015/12/china-global-financial-giant-151202091823742.html

 

 

Al Jazeera: Ilmuwan A.S. menyerukan pelarangan modifikasi genetis pada manusia

Al Jazeera Senin 30 November 2015 menurunkan berita mengenai seruan masyarakat ilmuwan di AS mengenau pelarangan modifikasi genetis pada manusia. Para ilmuwan yang tergabung di dalam The Center for Genetics and Society (CGS) ini sepakat bahwa kerugian dari rekayasa genetika lebih besar daripada manfaat yang diberikan. Pete Shanks, seorang peneliti dan penulis buku tentang rekayasa genetika pada manusia mengatakan:  “Sekali proses ini dimulai, tidak akan ada jalan kembali”. Dia menambahkan bahwa “Ada garis batas yang tidak boleh kita lewati.”

Berikut adalah tautan ke artikel dimaksud:

http://www.aljazeera.com/news/2015/11/scientists-urge-ban-human-genetic-modification-151130163522308.html