Buka Puasa dan Tarawih di Mesjid Gold Coast

Hari itu kawan saya pak Faizal dari Malaysia mengajak saya untuk berbuka puasa dan sholat tarawih di Gold Coast, kota wisata yang terletak kurang lebih 70km dari Brisbane. Saya rencanakan juga hari itu sekaligus akan menjajal lalu lintas di Brisbane dengan menyewa mobil. Detil kisah sewa mobil ini akan saya ceritakan pada kesempatan lain. Bersama kami ikut juga Fatih, anak muda dari Malaysia yang juga tinggal di hostel Buranda. Perjalanan dari Brisbane ke Gold Coast ditempuh selama kurang lebih 50 menit dan sepenuhnya melalui high way.
Menurut info dari pak Faizal, di Gold Coast hanya ada satu masjid, yaitu yang terletak di Allied Drive, kawasan Labrador. Mesjid ini terletak di kawasan komplek rumah ibadah, jadi berdekatan dengan gereja (saya tidak melihat rumah ibadah lain, mungkin saja ada). Mesjidnya cukup besar dan tertata apik. Di bagian belakang masjid ada rumah untuk imam dan tanah lapang yang hari itu dipasang tenda besar untuk acara buka puasa nanti sore. Di halaman belakang juga ada bangunan kecil permanen yang berfungsi sebagai semacam dapur umum untuk memasak.
Kami bertemu dengan sekretaris DKM masjid yang kebetulan mengenal baik pak Faizal. Menurut info dari pak Faizal, pengurus mesjid di sini rata-rata adalah pengusaha yang secara finansial juga sudah kaya raya. Kami juga bertemu dengan muazin masjid yang bernama pak Hadi dan berasal dari Bali. Pak Hadi sudah tinggal di Australia selama kurang lebih 20 tahun dan sudah menjadi Permanent Resident. Suara beliau saat melantunkan azan dan iqomah memang merdu dan membuat bulu kuduk merinding.
Menurut info dari pak Hadi, hari itu yang menjamu buka puasa adalah Kedutaan UAE (United Arab Emirat) dan jamaah yang akan hadir diperkirakan ratusan orang, mungkin bisa mencapai seribu orang. Ternyata benar, kurang lebih pukul 17 kurang (waktu azan sekitar pukul 17.15), ratusan jamaah sudah mulai mendatangi masjid. Untuk menampung jamaah, di halaman belakang masjid, pihak panitia menyediakan satu meja panjang dan satu buah tenda yang didalamnya bisa memuat hingga ratusan orang. Hidangan digelar di atas meja-meja yang memanjang serta di bawah tenda-tenda. Untuk kaum wanita, tempat berbuka puasa dan sholat ada di ruangan khusus/tersendiri.
Hidangan yang disajikan terdiri dari hidangan ifthar seperti kurma, buah-buahan, dan sirup. Kemudian untuk hidangan utama terdiri dari nasi (semacam nasi lemak), kari daging, salad, nuggets ayam dan nugget ikan, dan beberapa macam hidangan lain seperti kentang goreng.
Prosesi acara dimulai dengan menyantap hidangan ifthar, kemudian dilanjutkan dengan sholat maghrib berjamaah. Saya lihat ada beberapa orang Australia (sepertinya pejabat dari Pemerintah Daerah setempat) termasuk beberapa orang polisi yang ikut hadir dan mengikuti acara. Selesai sholat maghrib, ada sedikit sambutan dari Pengurus Mesjid dan perwakilan dari Kedutaan UAE.
Setelah itu jamaah langsung bergerak menuju bagian belakang masjid untuk menyantap hidangan makan malam. Suasananya meriah sekali dan hidangan yang tersedia cukup berlimpah.
Acara ditutup dengan sholat tarawih berjamaah. Alhamdulillahhirobbil ‘aalamiin.

20130727_13313320130727_133158

20130727_12475020130727_12464120130727_17123020130727_17150620130727_18142420130727_17123820130727_151412

Sholat Tarawih di rumah pak Iman

Sore itu dari “kos-kosan” di Buranda saya bergegas menuju stasiun bus Buranda untuk menumpang bis menuju ke kampus Griffith University di kawasan Nathan. Semalam, mas  Febi, Ketua IISB, mengajak saya agar hari ini berbuka puasa di kampusnya, dan kemudian melihat2 “stock” perabotan rumah tangga yang dikelola oleh IISB. Peralatan rumah tangga tsb merupakan milik eks mahasiswa Indonesia yang dititipkan kepada IISB untuk dimanfaatkan bagi siapa saja yang membutuhkan . Mas Febi juga mengajak saya untuk berkunjung ke rumah pak Iman Partoredjo, sesepuh orang Indonesia di Brisbane.

Saya tiba di kampus Griffith tepat pada saat masuk waktu maghrib. Itu adalah kali pertama saya mengunjungi kampus Griffith di daerah Nathan. Kampusnya luas dan terletak di kawasan hutan yang merupakan kawasan konservasi sekaligus “laboratorium” bagi peneliti di Griffith. Kami berbuka puasa di bagian luar mushola dan kemudian melaksanakan sholat maghrib berjamaah. Setelah sholat, mas Febi mengajak saya menuju ruang serba guna untuk menyantap hidangan makan malam yang disediakan oleh panitia dari Griffith. Menu makan malam hari itu adalah nasi lemak yang ditambah sayur bernuansa “merah menyala” (walaupun warnanya muerah buanget, tapi rasanya nggak pedes tuh…). Awalnya saya sempet khawatir juga jika perut saya nggak sanggup “menerima” makanan tsb. Ternyata rasanya nikmat juga, daging yang ada di dalam sayurpun terasa empuk. Ini penampakan makan malam saya: IMG-20130726-00522

Selesai makan malam, isteri mas Febi menjemput kami dan kamipun langsung meluncur ke rumah salah seorang pengurus IISB juga yaitu ibu Tintin. Di garasi rumah beliau, barang-barang perabot rumah tangga seperti panci, pinggan, piring2, gelas, cangkir, tertumpuk bersama dengan beberapa perabotan elektronik seperti satu-dua buah rice cooker dan microwave. Saya dipersilakan oleh mas Febi dan bu Tintin untuk memilih barang-barang yang kira2 nanti akan dibutuhkan untu menempati rumah baru. Untuk sementara barang2 yang saya pilih akan dipisahkan dulu agar tidak diambil oleh orang lain yang barangkali juga membutuhkannya. Barang-barang tersebut akan saya angkut pada saat masuk ke rumah “baru”. Alhamdulillah, berkat bantuan dari IISB, saya banyak terbantu jika nanti pindah2an. Jika tidak dibantu seperti ini, akan cukup banyak dana yang harus saya keluarkan untuk membeli barang-barang tersebut. IISB memang wokeh….

Dari tempat tersebut kami kemudian meluncur ke rumah pak Iman Partoredjo untuk mengikuti sholat tarawih berjamaah. Mas Febi menyampaikan bahwa pak Iman adalah sesepuh orang Indonesia yang ada di Brisbane. Setiap mahasiswa atau pekerja dari Indonesia yang baru datang ke Brisbane, belum sah jika belum “sowan” ke beliau. Rumah beliau terletak di kawasan Eight Miles Plain yang tidak terlalu jauh dari kawasan Nathan (saya sok-sokan bilang nggak jauh, padahal blas nggak ngerti sama sekali kawasan di situ…namanya juga orang udik). Rumah beliau asri dan menempati lahan yang cukup luas. Di sana sudah ada beberapa orang yang sedang menunggu. Rupanya malam itu juga sedang ada yang ditunggu, yaitu rombongan dari IAIN Semarang, Medan, Palembang, dan Mataram. Malam itu pak Iman mengundang para petinggi IAIN untuk bersilaturahmi.

Saya kemudian dikenalkan oleh mas Febi ke pak Iman. Kesan saya terhadap beliau, orangnya hangat dan ramah. Di usianya yang kurang lebih sudah 82 tahun, beliau masih terlihat sehat dan bugar. Demikian pula dengan ibu Iman. Beliau berdua sudah tinggal di Australia sejak tahun 1965 dan saat ini telah menjadi warga negara Australia. Secuplik kisah pak Iman bisa dibaca di sini. Dengan telah sowannya saya ke beliau, insya Allah secara “resmi” telah sah menjadi warga Indonesia di Brisbane….

Selang beberapa lama kemudian rombongan dari IAIN tiba. Rombongan terdiri dari para pengurus IAIN termasuk beberapa rektor, namun malam itu rektor yang hadir di rumah pak Iman hanya satu, yaitu rektor IAIN Walisongo Semarang, Bapak Muhibbin. Anggota rombongan yang lain adalah para wakil rektor dan para dekan. Setelah “prosesi” pembukaan dan perkenalan yang dipandu oleh mas Febi, kami melaksanakan sholat tarawih yang diimami oleh bapak Muhibbin. Setelah sholat tarawih, acara dilanjutkan dengan dialog dan diskusi. Pak Iman bercerita secara singkat mengenai sejarah berdirinya IISB. Pak Muhibbin selaku pimpinan rombongan IAIN menyampaikan bahwa salah satu tujuan kedatangan rombongan dari IAIN adalah memenuhi undangan dari University of Queensland dan juga dalam rangka proses perubahan institusi IAIN menjadi Universitas . Alhamdulillah malam itu saya mendapat kesempatan berdiskusi dengan para petinggi IAIN. Dalam kondisi normal di tanah air, kesempatan seperti ini pasti cukup langka.

Acara berakhir kira-kira pukul 23.00, karena sudah larut malam dan bus pun mungkin sudah tidak ada, mas Febi beserta isteri malam itu mengantar saya pulang ke Buranda.
20130726_205014
Keterangan foto: paling kiri, rektor IAIN Wali Songo Semarang, Bp. Muhibbin. Duduk di kursi adalah Bapak Iman Partoredjo.

Buka Puasa Bersama IISB

Pada hari minggu kuturut ayah ke kota, naik delman istimewa ku duduk di muka…eh, kok malah nyanyi. Pada hari minggu tanggal 14 Juli 2013, saya ikut acara buka puasa bersama komunitas muslim Indonesia di Brisbane, yang bergabung di bawah organisasi IISB (Indonesian Islamic Society of Brisbane). Komunitas ini cukup aktif menyelenggarakan kegiatan-kegiatan. Dan melalui komunitas ini pula alhamdulillah saya bisa segera mendapat kesempatan untuk menyewa rumah.

Buka puasa kemarin diadakan di Kampus QUT Kelvin Grove. Ini juga kali pertama saya menginjakkan kaki di Kelvin Grove, karena kampus saya adalah yang di kawasan Gardens Point. Acara digelar di ruangan semacam ruangan untuk acara-acara komunitas. Sepertinya untuk sehari-hari tempat itu merupakan semacam kantin atau cafeteria. Ruangannya cukup luas, Untuk menyiapkan tempat sholat, meja-meja dan kusi digeser, dirapihkan, dan ditumpuk di pinggir.

Acara terselenggara juga berkat kerja sama dengan Dompet Dhuafa. Buka puasa diawali dengan tausiyah oleh Ustadz Saiful Islam Mubarok dari Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan menyantap hidangan berbuka yang dilanjutkan dengan sholat maghrib berjamaah. Setelah sholat, barulah diadakan prosesi makan malam dengan porsi makan malam yang bagi saya cukup besar dan komplit, menunya nasi uduk, telor balado, ayam goreng, ditambah mie goreng dan beberapa asesoris lain seperti pangsit goreng, bakwan goreng, dsb. (nyam..nyam…nyam). Hidangan berasal dari dana yang dikelola oleh IISB, juga ditambah sumbangan-sumbangan dari para jamaah yang membawa dari rumah masing-masing. Berhubung saya masih bulok (bujang lokal), maka saya tidak membawa apa-apa kecuali perut yang kosong dan siap di”top-up” dengan aneka hidangan khas tanah air.

Yang hadir cukup banyak, saya rasa bisa mencapai lebih dari 100 orang. Mereka yang hadir tidak hanya para mahasiswa namun juga orang Indonesia yang tinggal dan bekerja di Brisbane. Tidak sedikit anak-anak yang diajak oleh orang tuanya. Suasananya meriah sekali. Di beberapa kerumunan terdengar percakapan yang menggunakan bahasa daerah.

Selesai makan malam, sebagian besar peserta memilih untuk pulang, Hanya sebagian kecil yang melanjutkan sholat isya dan tarawih berjamaah. Namun jamaah sholat isya dan tarawih sedikit demi sedikit bertambah karena tidak hanya diikuti oleh para muslimin dari Indonesia, tapi juga yang berkebangsaan lain dan tinggal di kawasan sekitar. Kegiatan berakhir pada sekitar pukul 20.30. 

Alhamdulillaahirobbil ‘aalamiin.