Brisbane diterjang badai supercell

Hari Kamis, 27 November 2014 mungkin akan menjadi salah satu hari yang akan saya kenang selama saya tinggal di Brisbane. Hari itu, sekitar pukul 16.30 saya dan beberapa dosen dan staf QUT baru saja meninggalkan kampus dengan mengendarai taksi van hendak menuju ke kawasan West End untuk merayakan End of Year Function yang diselenggarakan oleh sekolah saya, School of Economics & Finance. Baru beberapa menit taksi berjalan, turun hujan yang cukup deras. Beberapa jam sebelumnya awan memang sudah menggumpal dan berwarna gelap seolah siap untuk menumpahkan air hujan. Sekitar setengah jam sebelumnya, saya menerima sms peringatan dini (alert) dari Brisbane City Council (BCC) yang memperingatkan akan adanya hujan badai (thunder storm) yang diperkirakan akan menerjang Brisbane dalam beberapa jam ke depan. Sms peringatan dini ini dapat diperoleh gratis dengan mendaftarkan diri (subscribe) pada laman BCC. Selain sms, kita juga akan mendapatkan kiriman email yang berisi update perkembangan cuaca di Brisbane dan sekitarnya. Biasanya, sms alert ini diterima sekitar 2-4 jam sebelum perkiraan terjadinya hujan atau thunderstorm.

Hujan deras yang semula nampak seperti hujan biasa, mendadak terasa luar biasa manakala mobil yang kami tumpangi terasa seperti dilempari batu. Bunyinya cukup keras dan sering. Ketika saya mencoba mengamati kondisi di luar melalui jendela mobil, ternyata hujan deras ini bukan hujan biasa. Tampak butiran-butiran es yang sebagian berukuran hampir sekepalan tangan orang dewasa “membombardir” kawasan City di mana kami berada. Tidak hanya itu, angin kencang pun bertiup menerbangkan benda-benda ringan dan menumbangkan beberapa pohon.

Tak lama kemudian, ketika kendaraan kami memasuki kawasan West End, hujan semakin deras dan hanya menyisakan jarak pandang sekitar 2-3 meter. Sebagian besar lampu lalu lintas tidak berfungsi, menyebabkan sedikit kekacauan di beberapa persimpangan jalan. Sopir taksi yang kami tumpangi tidak berani melanjutkan perjalanan dan memilih untuk meminggirkan kendaraan sejenak. Selama beberapa menit kami berhenti, hujan es tidak kunjung mereda. Bunyi es yang berjatuhan di kaca dan atap mobil cukup membuat ciut nyali saya. Saya tidak bisa membayangkan jika butiran-butiran tersebut menimpa orang yang sedang berjalan atau tidak berada di bawah perlindungan.

Tidak lama kemudian hujan mereda dan kendaraan kami melanjutkan perjalanan ke resto Lock and Load yang menjadi tujuan awal. Tidak sampai lima menit kemudian kami tiba di lokasi. Nampak beberapa pemilik dan pegawai toko, pub dan restoran sibuk membersihkan sisa-sisa hujan. Beberapa kursi bergeletakan, sampah-sampah daun dan ranting-ranting pohon juga bertebaran di banyak tempat. Kami juga melihat beberapa pohon tumbang di sekitar kawasan tersebut. Saya kemudian mencoba mencari informasi mengenai hujan yang baru saja terjadi. Berita sementara yang saya peroleh rupanya memang Brisbane dan sekitarnya baru saja diterjang badai. Sebagian besar rumah mengalami pemadaman listrik, banyak lampu lalu lintas tidak berfungsi, pohon-pohon bertumbangan, kendaraan umum mengalami gangguan termasuk layanan kereta api yang dihentikan sementara. Jalanan pun mulai dilanda kemacetan. Namun kemacetan yang terjadi tidak diwarnai dengan saling serobot, membunyikan klakson ataupun perselisihan antar pengemudi sebagaimana kadang terjadi di tanah air.

Sekitar pukul 19.30 saya dan rekan saya Amar Doshi meninggalkan tempat acara untuk pulang ke rumah. Karena kami melihat suasana jalan macet dan banyak orang berjalan kaki, kamipun memutuskan untuk berjalan kaki menuju ke stasiun bis terdekat yaitu di Cultural Centre yang berjarak sekitar 1-2 kilometer. Sepanjang perjalanan saya melihat banyak sampah-sampah dedaunan dan cabang/ranting pohon, juga beberapa genangan air yang tidak terlalu tinggi dan serpihan tanah yang berserakan di mana-mana. Kami juga melihat beberapa polisi berjaga di persimpangan jalan untuk mengatur lalu lintas. Ada satu-dua buah ambulans yang kami lihat sedang memberikan pertolongan kepada beberapa orang yang mungkin mengalami luka. Dari Stasiun Cultural Centre kami naik bis menuju ke Queen Street Station. Di stasiun cultural centre nampak beberapa display iklan dengan diameter sekitar 1m yang terbuat dari kaca jatuh dan pecah berhamburan. Mungkin tertiup angin kencang. Dari stasiun Queen Street kami mencoba menuju ke stasiun kereta api Central. Sepanjang jalan dari Queen St menuju ke Stasiun Central, kami melihat sampah-sampah dedaunan, lumpur/tanah dan cabang/ranting pohon yang juga bertebaran di mana-mana.

Ketika kami tiba di depan stasiun, kami melihat banyak orang “bergerombol” di tepi jalan di luar stasiun dan tak lama kemudian menyerbu beberapa bis (nampaknya bis charter) yang bertuliskan Railway Bus. Kami kemudian bertanya kepada beberapa petugas Queensland Railway yang berdiri di depan stasiun. Mereka kemudian menjelaskan bahwa bahwa saat ini kereta tidak beroperasi karena mengalami gangguan. Kami dipersilakan untuk menaiki Railway Bus yang disediakan. Bis tersebut akan menempuh rute melewati stasiun-stasiun kereta api sesuai jalur kereta yang digantikannya. Dengan demikian penumpang kereta akan terbantu mencapai rumah/tujuan walaupun kereta tidak beroperasi. Saya dan Amar kemudian memutuskan untuk kembali menuju ke Adelaide Street untuk menunggu bis yang akan menuju ke arah Toowong atau St. Lucia. Kami melihat beberapa truk pembersih jalan mulai “beraksi” membersihkan jalan. Kondisi jalan yang gelap gulita dan pohon tumbang banyak saya temui di sepanjang perjalanan hingga ke rumah. Saya juga harus berjalan kaki dari halte Toowong menuju ke rumah yang berjarak sekitar 2 km dengan kondisi gelap gulita. Setibanya di rumah, ternyata kondisi rumah juga gelap gulita alias tidak ada listrik. Menurut istri saya, kondisi ini dimulai sejak turun hujan sore tadi. Kondisi tanpa aliran listrik ini baru pulih keesokan harinya sekitar pukul 20.00, jadi lebih dari 24 jam.

Esok harinya barulah kami menyadari bahwa hujan badai semalam memang bukan hujan badai biasa. Dari pemantauan langsung maupun pemantauan rekan-rekan di kawasan sekitar St Lucia, dampak dari hujan badai tersebut memang cukup luar biasa. Menurut pemberitaan tabloid mX, Premier Queensland, Campbell Newman mengatakan bahwa badai ini merupakan badai terburuk yang dia lihat sejak 30 tahun terakhir! Masih menurut tabloid yang sama, kecepatan badai tercatat mencapai 140km/jam dan berdampak pada pemadaman listrik atas sekitar 67.000 rumah. Beberapa media menyebut badai ini sebagai “supercell”.

Hingga esok harinya, Jum’at, “sisa-sisa” keganasan badai masih nampak di beberapa titik kota. Walaupun BCC belum secara total dapat membereskan hal tersebut, namun saya melihat bahwa mitigasi bencana yang ditunjukkan oleh BCC cukup baik dan terencana. Hal tersebut dapat dilihat antara lain dari gerak cepat para polisi lalu lintas, tersedianya alternative moda transportasi untuk menggantikan kereta api yang berhenti beroperasi, hingga petugas kebersihan yang langsung bergerak cepat membersihkan sampah-sampah.

Di bawah ini beberapa tautan ke laman yang memuat pemberitaan mengenai kedahsyatan hujan badai kemarin: http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2014-11-28/badai-melanda-kota-brisbane-terburuk-dalam-10-tahun/1393987

http://news.detik.com/read/2014/11/28/140218/2762138/1148/badai-supercell-terjang-brisbane-39-orang-luka

http://www.abc.net.au/news/2014-11-28/brisbane-storms-68000-residents-still-without-power/5924112

http://www.abc.net.au/news/2014-11-27/severe-storm-batters-south-east-queensland/5923302

http://www.theaustralian.com.au/news/nation/brisbane-supercell-thunderstorm-a-catastrophe/story-e6frg6nf-1227138488521?nk=22b9eb00042de240685019b8164538d1

http://www.couriermail.com.au/news/queensland/brisbane-storm-supercell-storm-that-hit-brisbane-explained-by-meteorologist/story-fnn8dlfs-1227138641607

Melbourne Cup: the race that stops a nation

melbourne-cup-race

Sumber : http://www.sportsbet.com.au/blog/wp-content/uploads/melbourne-cup-race.jpg

Melbourne Cup adalah sebuah lomba pacuan (balap) kuda yang diselenggarakan di Melbourne dan diadakan pada setiap hari Selasa pertama di bulan November. Balapan ini telah diselenggarakan secara rutin setiap tahun tanpa henti sejak tahun 1861. Di Negara bagian Victoria, hari Melbourne Cup ditetapkan sebagai hari libur nasional. Di kota lain, termasuk di Brisbane, walaupun bukan merupakan hari libur nasional, namun nuansa “perayaan” Melbourne Cup sangat terasa sekali. Banyak rumah makan, café, dan tempat-tempat berkumpul untuk umum mengadakan acara makan siang bersama (Melbourne Cup Luncheon) yang dilanjutkan dengan “nonton bareng” acara inti, yaitu balapan kuda. Pria dan wanita pada umumnya mengenakan pakaian formal/resmi terbaik mereka.

punters

Sumber: http://www.ownerforaday.com.au/skin/punters.jpg

Kegiatan ini seringkali diiringi juga dengan taruhan dari peserta terhadap kuda yang dijagokan (kegiatan taruhan ini juga secara rutin diadakan di school saya khusus dalam rangka Melbourne Cup). Sedemikian memasyarakatnya acara ini, Melbourne Cup mendapat julukan “the race that stops a nation”. Julukan ini tidak berlebihan mengingat momen saat balapan berlangsung, seluruh kegiatan di penjuru negeri Australia nyaris terhenti total setidaknya selama 3,5 menit. Pada momen tersebut, jutaan orang mengikuti acara balapan baik secara langsung, melalui televisi, ataupun radio (Catatan: acara balapan inti biasanya diselenggarakan pada pukul 3 pm waktu Melbourne). Pengarang terkenal dari Amerika, yaitu Mark Twain, yang berkesempatan menyaksikan acara ini pada sekitar tahun 1895 menyatakan kekagumannya dan mengatakan: “Nowhere in the world have I encountered a festival of people that has such a magnificent appeal to the whole nation. The Cup astnonish me.” (http://australia.gov.au/about-australia/australian-story/melbourne-cup)

Beragam acara juga diadakan dan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kegiatan balapan itu sendiri, termasuk ajang pameran busana dari para wanita yang menggunakan busana terbaik mereka lengkap dengan topi yang beraneka kreasi dan warna.  Penggunaan topi ini juga menjadi “trade mark” perayaan Melbourne Cup.

Melbourne_Cup

sumber: http://www.flightcentre.com.au/cms_images/web_images/blog/fc/Melbourne_Cup.jpg

Namun demikian, acara ini tidak lepas juga dari kritik, khususnya dari kelompok penyayang binatang seperti HorseRacingKills.com.

Sumber:

http://en.wikipedia.org/wiki/Melbourne_Cup

http://www.melbournecup.com/

http://www.timeanddate.com/holidays/australia/melbourne-cup-day

http://australia.gov.au/about-australia/australian-story/melbourne-cup

http://www.flemington.com.au/

http://www.news.com.au/sport/more-sports/melbourne-cup-2014-this-is-the-ugly-side-of-the-race-that-stops-a-nation/story-fndukor0-1227110905811