Rencana Eksekusi Hukuman Mati Bagi Dua WN Australia (Bali Nine Case)

Sekitar dua minggu terakhir media di Indonesia dan (terutama) di Australia, ramai memberitakan mengenai rencana eksekusi hukuman mati bagi dua orang terpidana asal Australia. Kasus yang terkenal dengan sebutan “Bali Nine” (disebut demikian karena melibatkan sebuah sindikat narkoba yang terdiri dari sembilan orang) ini bahkan membuat Sekjen PBB dan PM Australia kompak “menekan” pemerintah Indonesia untuk membatalkan atau menunda pelaksanaan hukuman mati tersebut. Bagi sebagian masyarakat di Australia, penolakan terhadap rencana eksekusi hukuman mati bukanlah sebagai bentuk dukungan terhadap kejahatan (apakah itu narkoba atau tindak criminal lainnya), namun lebih merupakan dukungan bagi kemanusiaan dimana setiap orang (walaupun telah divonis bersalah oleh pengadilan, namun tetap berhak untuk hidup, apalagi jika orang tersebut telah  berubah menjadi lebih baik).

Saya tidak akan membahas atau berdiskusi mengenai kontroversi hukuman mati tersebut karena beberapa hal, yang utama adalah bahwa materi atau topik tersebut berada di luar bidang ilmu yang saya kuasai dan yang kedua, saya tidak ingin menambah panjang perdebatan yang sudah ada. Namun demikian saya mencoba menampilkan tautan berisi fakta-fakta menarik dari media di Australia (bukan dari sisi media di Indonesia) mengenai perdebatan tersebut. Mayoritas tautan tersebut saya ambil dari media yang relatif paling terkemuka di Australia yaitu ABC (www.abc.net.au).

Tautan pertama adalah mengenai kronologis peristiwa Bali Nine tersebut. Berikut adalah tautannya:

http://www.abc.net.au/news/2015-02-12/bali-nine-timeline-andrew-chan-myuran-sukumaran/6085190

Tautan tersebut mengulas mengenai kronologis peristiwa penyelundupan yang dilakukan oleh kelompok Bali Nine. Fakta yang menarik adalah: tertangkapnya para anggota sindikat tersebut oleh aparat keamanan Indonesia adalah berkat informasi dari pihak kepolisian Australia (Australian Federal Police). Tindakan AFP tersebut saat itu memicu protes dan kontroversi di kalangan masyarakat Australia. Pengacara para tertuduh pun mengajukan banding (di pengadilan Australia) atas hal ini. Pihak AFP (yang mendapat dukungan dari pemerintah Australia) melakukan pembelaan diri dengan mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan telah sesuai dengan kebijakan pemerintah Australia dan juga pedoman/panduan tugas AFP.

Fakta tersebut di atas juga menjadi salah satu bahan perdebatan di dunia maya (khususnya di situs ABC) di antara pihak-pihak yang pro maupun yang kontra akan rencana hukuman mati terpidana kasus Bali Nine. Pada intinya mereka berpendapat bahwa seharusnya AFP ikut bertanggungjawab terhadap penerapan hukuman bagi terpidana kasus Bali Nine.

Tautan kedua adalah tulisan dari seorang Indonesianis dari Deakin University, yaitu Professor Damien Kingsburry. Tulisan yang merupakan opini tersebut menurut saya cukup menarik karena bernada cukup “hati-hati” di dalam mengomentari kasus ini. Yang juga menarik adalah mengikuti perdebatan dari para pembacanya yang dapat diikuti di bagian bawah artikel. Sebagian besar pembaca merupakan kelompok yang kontra dengan hukuman mati (capital punishment). Namun demikian, tidak sedikit pula yang mendukung kebijakan pemerintah Indonesia ini.

Berikut adalah tautannya:

http://www.abc.net.au/news/2015-01-21/kingsbury-death-row-a-tragic-lesson-for-australian-travellers/6028996

Tautan ketiga adalah mengenai hasil wawancara seorang reporter dari ABC yang bernama Ashley Hall dengan Julian McMachon (pengacara kedua terpidana mati), Greg Craven (vice-chancellor dari Australian Catholic University yang juga aktivis kemanusiaan anti hukuman mati/capital punishment), dan Michele Levin, eksekutif Roy Morgan Research, sebuah perusahaan yang melakukan polling kepada sekelompok responden (WN Australia) mengenai pendapat mereka tentang penerapan hukuman mati bagi WN Australia di luar negeri (di luar Australia). Hasil polling yang dilakukan oleh Roy Morgan Research menunjukkan bahwa responden yang pro terhadap penerapan hukuman mati sedikit lebih banyak daripada mereka yang kontra (angka mereka yang pro kurang lebih mencapai 53 persen).

Berikut tautannya:

http://www.abc.net.au/worldtoday/content/2015/s4174449.htm

Tautan keempat adalah artikel tulisan Jon Coghill yang mengutip pernyataan seorang tokoh muslim terkemuka di Australia yang berpendapat bahwa hukuman mati adalah sebuah pembunuhan yang sadis dan dapat disamakan dengan hukuman mati yang dilakukan oleh ISIS.

Artikel ini menarik untuk diangkat terutama karena sang tokoh muslim terkemuka ini menggunakan Al Qur’an sebagai basis argumentasinya.

Berikut adalah tautannya:

http://www.abc.net.au/local/stories/2015/02/12/4178667.htm

Tautan kelima adalah sebuah artikel berita dari Mail Online yang mengungkap “sisi gelap” lain dari salah satu terpidana mati sindikat Bali Nine, Andrew Chan. Di artikel tersebut diungkap bahwa Andrew Chan telah “memanfaatkan” sedikitnya 17 orang remaja Australia untuk menyelundupkan narkotika ke beberapa Negara termasuk Indonesia dan Hong Kong. Akibat perbuatannya tersebut, para remaja ini harus menerima hukuman yang berat. Artikel ini juga memuat “sisi gelap” para terpidana Bali Nine seperti kebiasaan menggunakan narkoba yang masih dilakukan di dalam penjara di Indonesia.

Berikut adalah tautannya:

http://www.dailymail.co.uk/news/article-2869230/Bali-Nine-ringleader-Andrew-Chan-mastermind-international-drug-deal-went-horribly-wrong-threatened-17-year-old-mule-Hong-Kong-jail-mouth-shut.html

Tautan keenam adalah beberapa beberapa tautan mengenai info dan statistic penerapan hukuman mati di beberapa Negara di dunia. Infografis ini dimuat di laman the Guardian, Wikipedia dan Amnesty International. Berikut tautannya:

http://www.theguardian.com/global/datablog/ng-interactive/2015/feb/13/executions-and-death-sentences-worldwide-interactive

http://www.theguardian.com/world/datablog/2014/mar/27/death-penalty-statistics-2013-by-country

http://en.wikipedia.org/wiki/Use_of_capital_punishment_by_country

http://www.amnesty.org/en/death-penalty

Tambahan tautan lain yang terkait:

http://www.abc.net.au/news/2015-02-17/afp-faces-criticism-over-its-involvement-in-bali-nine-arrest/6132160